'BANDUNG DI WAKTU MALAM" Oleh Trias Kuncahyono, Wartawan Senior, Penulis Buku

Indria Purnama Hadi
- Jumat, 26 Mei 2023 | 09:10 WIB
Bandung di waktu malam. Ilustrasi (semogabermanfaat.web.id)
Bandung di waktu malam. Ilustrasi (semogabermanfaat.web.id)

BANDUNG DI WAKTU MALAM

Oleh: Trias Kuncahyono, Wartawan Senior, Penulis Buku

Di lobi sebuah hotel di Jalan Juanda, Bandung, saya duduk menikmati malam, setelah seharian keliling kota. Malam itu, saya benar-benar menikmati lobi. Duduk. Minum. Ngelamun. Melihat orang keluar masuk hotel.

Saya ingat diskusi kecil saat makan pagi dengan Achmad Ubaedillah sahabat saya yang menjadi staf pengajar di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat. Saat itu, kami diskusi soal Pemilu 2024.

Baca Juga: Doa Ketika Masuk Kota Makkah hingga Melihat Kabah, Jemaah Haji Wajib Tahu!

Dalam diskusi muncul pertanyaan: Apakah pemilu presiden 2024 mendatang akan segawat pemilu presiden 2019 yang sisa-sisanya masih terasa hingga saat ini atau benar-benar sebuah pesta demokrasi yang dirayakan dengan penuh suka cita?

Tentu, kami berharap—juga banyak orang di negeri ini atau bahkan rakyat banyak yang masih memiliki hati dan pikiran waras, kecuali yang suka mencari keuntungan entah itu keuntungan politik atau ekonomi di tengah situasi yang tak menentu—bahwa pemilu mendatang benar-benar berkualitas.
***

Baca Juga: Manchester United 4-1 Chelsea: MU mengamankan posisi zona Liga Champions, Liverpool tergusur ke Liga Europa

Ilustrasi Politik
Ilustrasi Politik (Istimewa)

Pemilu semestinya sungguh-sungguh merupakan sebuah pesta demorasi. Pesta rakyat. Karena pesta maka situasi dan suasananya benar-benar menyenangkan; menghibur, membuat hati berbunga-bunga. Pesta semestinya tidak membuat orang saling bermusuhan, saling benci, saling maki dan menyakiti hati.

Bukankah, politik itu adalah "how to win the war without the battle". Kata filsuf dan ahli strategi China zaman dulu Sun Tzu (544-496 BC), menang tanpa bertempur adalah hasil yang paling baik dari sebuah peperangan; ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake.

Baca Juga: Manchester United 4-1 Chelsea: MU mengamankan posisi zona Liga Champions, Liverpool tergusur ke Liga Europa

Perang selalu berakibat fatal dan vital bagi eksistensi kedua pihak yang bertikai, bagaikan "kalah jadi abu, menang jadi arang". Kalau sudah demikian, kita semua, rakyat banyak yang akan menanggung risikonya.

Tetapi, sayangnya selalu ada yang mengatas-namakan demokrasi lalu bertindak semaunya. Ini yang sekarang sudah mulai terasa. Pelan tapi pasti hawa panas "pesta demokrasi" sudah mulai ditiupkan dari berbagai panggung dalam beragam acara, dan disebarkan lewat berbagai media.

Baca Juga: INFO HAJI 2023 : Jamaah Asal Kabupaten Demak Suprapto Tarlim Kertowijoyo Wafat di Tanah Suci

Halaman:

Editor: Indria Purnama Hadi

Sumber: triaskredensialnews.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mendampingi hari hari akhir Prof Azra…, sungguh cahaya'

Minggu, 18 September 2022 | 15:33 WIB
X