Cerbung: 'BUNGA MERAH JAMBU' Bab 20 By Masdaraimunda

- Selasa, 23 Mei 2023 | 11:05 WIB
Bunga Merah Jambu (Pixabay)
Bunga Merah Jambu (Pixabay)

BUNGA MERAH JAMBU
Bab 20
By Masdaraimunda


“KENAPA NGOMONG begitu?”

“Jujur kadang aku ragu, bagaimana akhirnya nanti. Bagaimana kalau jalan kita buntu. Bukan takut, tapi merasa bahwa kadang sulit sekali.”

“Aku lebih memilih tetap begini.”

“Kenapa?” tanya Tristan.

“Aku tiba-tiba berpikir, bagaimana perasaan Papi dan Mami kalau anak perempuannya menikah dengan laki-laki yang berasal dari keluarga yang tidak disukainya. Atau kita memilih menikah diam-diam.” jawab Maya sambil menelan saliva.

“Mungkin kalau dulu aku tidak terlalu berpikir jauh. tapi sekarang, rasanya aku nggak sanggup. Kita juga harus menjaga perasaan keluarga orang tua. Ini bukan kisah tentang anak yang berbakti dan tidak mau menyakiti hati orang tua. Melainkan tentang anak yang tidak ingin membuat orang tua mereka menangis dan sedih. Mereka sudah membesarkan kita. Disaat yang sama aku juga nggak sanggup kalau harus kehilangan kamu, Mas. Kubayangkan kecewa di wajah orang tua kita nanti. tapi aku juga tahu, bagaimana rasa kecewaku kalau kita harus berpisah. Aku tidak sanggup menjalani keduanya.”

Baca Juga: Keren, Bakal Ada Pusat Kebudayaan Islam Di Solo

“Berarti menurut kamu kita akan tetap seperti sekarang?”

“Apakah sebuah hubungan harus selalu dilegalkan? Kita akan mengecewakan banyak orang terdekat.”

“Tidak juga, sih, sebenarnya. Hanya tidak ingin kamu menganggap bahwa aku tidak serius.”

“Aku tidak pernah meragukan kamu. Tapi rasanya belum siap jika suatu hari nanti aku harus ketemu keluarga kamu. Penilaian mereka tentangku pasti belum berubah. Dan kamu akan diingatkan tentang seorang perempuan yang membatalkan pernikahan hanya berapa minggu sebelum hari H. Biasanya yang melakukan itu laki-laki, kan? Belum lagi harus ketemu Bayu, keluarganya, istrinya yang bisa saja selalu curiga.”

Baca Juga: Ini Rahasia Keberhasilan UTBK di IPB University
“Kenapa harus memikirkan perasaan mereka? Cukup pikirkan tentang kamu dan orang tuamu.”


“Enggak bisa begitu. Aku juga harus berpikir tentang orang tua kamu dan anak-anak, Mas.”

Halaman:

Editor: Indria Purnama Hadi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X